BERITASEBELAS.COM, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin merespons kritik Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY maupun mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK. Keduanya mengkritik Presiden Joko Widodo yang dinilai terlibat terlalu jauh dalam urusan Pemilu Presiden 2024.
"Tidak boleh ada yang kepanasan di luar, tidak ada juga yang jadi post-power syndrom, tidak boleh, karena gaya kepemimpinan Presiden Jokowi tidak seperti Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," kata Ngabalin dalam keterangan pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023.
Ngabalin pun menilai sah-sah saja ketika Jokowi memberikan penghargaan atas kerja yang dilakukan pembantunya. Ia juga mengingatkan publik bahwa dalam alam demokrasi, presiden maupun partai memang punya kaitan erat dengan politik.
Berdasarkan catatan Tempo, AHY sudah dua kali menyinggung Jokowi ihwal pencapresan. Pertama, saat berkunjung ke rumah JK pada Senin malam, 15 Mei 2023. Kedua, saat AHY berkunjung ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyerahkan berkas nama bakal calon legislatif Partai Demokrat pada Ahad, 14 Mei 2023.
Saat mengunjungi kediaman JK pada Senin malam, 15 Mei 2023, AHY meminta para pemangku kepentingan di eksekutif untuk membuka ruang dengan adil pada Pemilu 2024."Jangan sampai seolah-olah ada yang diberikan dukungan langsung maupun tidak langsung, tapi ada yang dihalang-halangi, atau tidak diharapkan untuk bisa maju, untuk tidak bisa membangun koalisi," katanya.
Menurut dia, setiap warga punya hak, baik untuk memilih maupun hak untuk dipilih. “Kami sepakat, bahwa sebaiknya dan sepatutnya menghadapi Pemilu 2024, dibuka ruang bagi setiap individu setiap warga negara yang sama dan adil,” ujarnya.
Sumber: tempo.co