beritasebelas.com - Beberapa tahun terakhir garam Himalaya menjadi populer digunakan sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan dengan garam pada biasannya.
Sehingga garam Himalaya pun banyak digunakan dalam berbagai masakan, termasuk memasukannya pada Makanan Pendamping ASI atau MPASI pada anak-anak.
Garam Himalaya yang berasal dari tambang garam di pegunungan Himalaya ini diklaim mengandung lebih banyak mineral dan nutrisi dari pada garam biasa.
Selain itu, beberapa klaim mengatakan bahwa garam Himalaya memiliki efek detoksifikasi dan membantu menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Namun, meskipun garam Himalaya memiliki banyak manfaat, nyatanya garam yang memiliki warna pink ini tidak disarankan untuk diberikan kepada anak-anak.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh dokter Yohan Samudra, SpGK di akun instagramnya @yohansamdr, yuk simak penjelasannya!
- Garam Himalaya tidak mengandung Iodine atau Yodium
Menurut penjelasan dokter Yohan, alasan utama mengapa garam Himalaya tidak disarankan dikonsumsi anak-anak adalah karena hampir tidak mengandung Iodine (Yodium).
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), kandungan yodium penting untuk didapatkan bagi orang dewasa maupun anak-anak.
Fungsi yodium pada MPASI bayi antara lain untuk menjaga tiroid tetap stabil, mendukung perkembangan otak, dan mengurangi risiko kanker tiroid di kemudian hari.
Jika ingin memakai garam Himalaya untuk MPASI, maka harus penuhi kandungan yodium dari makanan lainnya. Karena garam Himalaya teksturnya lebih kasar, pastikan untuk mencampurnya dengan baik.
Baca Juga: Ini Hasil Evaluasi PVMBG Periode 16 Hingga 31 Januari 2024 Terkait Aktivitas Gunung Raung
- Kandungan nutrisi dan mineral yang sedikit
Garam Himalaya diketahui memang mengandung berbagai mineral lain, seperti zat besi, seng, kalsium, magnesium, dan kalium.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: rubicnews.com
Komentar